Kamis, 19 Februari 2009

Beberapa bagian tumbuhan terkadang dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional. Akarnya dimanfaatkan sebagai obat demam. Daunnya, dicampur dengan jerangau (Acorus calamus), digunakan untuk menyembuhkan cantengan (infeksi pada kuku). Kulit buahnya untuk mengobati ruam pada kulit (sakit kurap) dan susah buang air besar (sembelit). Kulit buah ini pun biasa dibakar dan abunya digunakan dalam ramuan untuk melancarkan haid dan menggugurkan kandungan. Abu dan air rendaman abu ini juga digunakan sebagai campuran pewarna tradisional.[4]
Beberapa masyarakat di Jawa menggunakan kulit durian yang telah dimakan sebagai pengusir (repellent) tikus dengan meletakkannya di sudut ruangan.
Kayu gubalnya berwarna putih dan terasnya kemerah-merahan. Ringan, namun tidak begitu awet dan mudah diserang rayap. Biasa digunakan sebagai bahan konstruksi ringan di bawah atap, asalkan tidak bersentuhan dengan tanah, perabot rumah dan peti-peti pengemas.[4]

[sunting] Nilai gizi
Setiap 100 g salut biji mengandung 67 g air, 28,3 g karbohidrat, 2,5 g lemak, 2,5 g protein, 1,4 g serat; serta memiliki nilai energi sebesar 520 kJ. Durian juga banyak mengandung vitamin B1, B2, dan vitamin C; serta kalium, kalsium dan fosfor.[1]

[sunting] Penyebaran
Durian berasal dari Indonesia, Malaysia, dan Brunei, meskipun pohonnya dapat tumbuh di sembarang cuaca yang serupa. Pusat keragaman biologi dan ekologi durian adalah Borneo (Pulau Kalimantan). Akan tetapi yang menjadi eksportir penting durian adalah Thailand, yang mampu mengembangkan kultivar dengan mutu tinggi. Tempat yang lain di mana durian ditanam termasuk Mindanao di Filipina, Queensland di Australia, Kamboja, Laos, Vietnam, India, dan Sri Lanka.
Di Filipina, pusat penghasil durian adalah di daerah Davao di Pulau Mindanao. Festival Kadayawan merupakan perayaan tahunan untuk durian di Davao City.
Di dunia Barat, durian dapat ditemukan di toko-toko Asia milik orang Vietnam, Tionghoa, Thai, dll.

[sunting] Kultivar durian
Terdapat lebih dari 55 jenis durian budidaya. Sejumlah kultivar telah diseleksi dan dianggap unggul dan diperbanyak secara vegetatif. Beberapa di antaranya:

Durian lokal di Cigudeg, Bogor
'Gapu ', dari Puncu, Kediri, Jawa Timur
'Hepe', bijinya kempes dengan daging tebal
'Kelud', dari Puncu, Kediri, Jawa Timur
'Ligit', dari Kutai
'Mawar', dari Long Kutai
'Ripto', dari Trenggalek
'Salisun', dari Nunukan
'Selat', dari Jaluko, Muaro Jambi
'Sememang', dari Banjarnegara
'Tong Medaye', dari Lombok, NTB
'Bentara', dari Kerkap, Bengkulu Utara
'Bido Wonosalam', dari Jombang, Jawa Timur
'Perwira', dari Simapeul, Majalengka
'Petruk'
'Soya', dari Ambon, Maluku
'Sukun', bijinya kempes dengan daging tebal
'Sunan', dari Boyolali
'Kani' ("chanee", durian bangkok)
'Otong', (alihnama dari durian "monthong", durian bangkok, di Malaysia disebut klon D159)
Beberapa ras lokal belum diseleksi, sehingga masih bervariasi dan keunggulannya belum terjamin. Biasanya dinamakan sesuai lokasi geografi. Beberapa di antaranya adalah

Varietas lokal (kiri) dan klon D101 (kanan)
Durian parung
Durian lampung
Durian jepara
Durian palembang
Durian padang
Di Malaysia, durian unggul hasil seleksi diberi kode nomor dengan huruf D di depannya. Beberapa di antaranya adalah
'D24'
'D99'
'D123'
'D145'
'D158'
'D159' (klon sama dengan varietas 'Montong').
'D169'

Durian terutama dipelihara orang untuk buahnya, yang umumnya dimakan (arilus atau salut bijinya) dalam keadaan segar. Salut biji ini umumnya manis dan sangat bergizi karena mengandung banyak karbohidrat, lemak, protein dan mineral.[1]
Pada musim raya durian, buah ini dapat dihasilkan dengan berlimpah, terutama di sentra-sentra produksinya di daerah. Secara tradisional, daging buah yang berlebih-lebihan ini biasa diawetkan dengan memasaknya bersama gula menjadi dodol durian (biasa disebut lempok), atau memfermentasikannya menjadi tempoyak. Selanjutnya, tempoyak yang rasanya masam ini biasa menjadi bahan masakan seperti sambal tempoyak, atau untuk campuran memasak ikan.
Durian pun kerap diolah menjadi campuran bahan kue-kue tradisional, seperti gelamai atau jenang. Terkadang, durian dicampurkan dalam hidangan nasi pulut (ketan) bersama dengan santan. Dalam dunia masa kini, durian (atau aromanya) biasa dicampurkan dalam gula-gula, es krim, susu, dan pelbagai jenis minuman lainnya.
Bijinya biasa dimakan sebagai camilan setelah direbus atau dibakar,[1] atau dicampurkan dalam kolak durian. Biji durian yang mentah beracun dan tak dapat dimakan karena mengandung asam lemak siklopropena (cyclopropene).[2] Kuncup daun (pucuk), mahkota bunga, dan buah yang muda dapat dimasak sebagai sayuran.